Kamis, 06 Maret 2014

GUA PAWON

Di daerah Padalarang, lebih lengkapnya di kawasan karst atau batu kapur Citatah, di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Jaraknya sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Bandung. Di sana terdapat gua purba dengan luas lebih dari 300 meter persegi. Di dalamnya terdiri dari beberapa rongga seperti kamar. Juga terdapat beberapa jendela alami yang besar sehingga gua itu cukup terang oleh sinar matahari. Jalur jalannya seperti labirin dan menanjak mengarah ke tempat kuburan “manusia purba” berada, dan gua purba ini bernama Gua Pawon.
Letak Gua Pawon pada jaman dulu diasumsikan berada di tepian Danau Bandung Purba. Berdasarkan hasil survai A.C. De Yong dan G.H.R. Von Koenigswald tahun 1930-1935,  ditemukan alat-alat budaya masa lalu dari bahan obsidian, kalsidon, kwarsit, rijang dan andesit. Alat-alat itu berupa anak panah, pisau, penyerut, gelang batu, batu asah dari Jaman Preneolitik. Jaman ketika manusia mulai hidup menetap di gua-gua atau ceruk, atau sering kali dijumpai di kawasan perbukitan gamping.
Berdasarkan analisis geologi, proses pengguaan Gua Pawon berawal dari terbentuknya mata air di tepian Cekungan Bandung Purba. Kemudian diikuti proses pelarutan membentuk lubang pada gua. Makin lama semakin besar dan akhirnya membuat langit-langit gua runtuh. Setelah atap gua runtuh dan sebagian gua terbuka, peristiwa hujan abu gunung api dari letusan dahsyat Gunung Sunda memungkinkan mengisi lantai gua.
Di puncak Pr.Pawon terdapat gejala mikro-karst yang membentuk bongkah-bongkah menonjol dari permukaan tanah. Menjadikan puncak bukit ini sebagai taman batu alias Stone Garden. Proses pelarutan yang berjalan pada retakan-retakan batu gamping menyembulkan sisa-sisa pelarutannya berupa bongkah batu gamping yang tersusun dengan tidak teratur. Dengan tinggi yang berbeda-beda dan berelief  kasar.
Pada penelitian berikutnya, lokasi tersebut tenyata menyimpan kerangka “manusia purba”. Kini bisa kita temui di sisi utara gua dan dipagari. Di sana  terdapat sosok berupa tulang manusia yang sedang meringkuk, dan itu hanyalah replika hasil cetakan. Karena kerangka manusia aslinya sendiri telah dibawa dan diamankan di pusat arkeologi Bandung, di daerah Cileunyi. Kerangka aslinya sendiri hanya tinggal tersisia tempurung kepala dan beberapa tulang iga serta rahang bawah. Hal ini di sebabkan karena keadaan artefak yang telah rapuh.
Kerangka pertama di temukan oleh peneliti dari LIPI. Berbekal hipotesa bahwa kahidupan prasejarah banyak berpusat di gua, mereka pun akhirnya menemukan kerangka tersebut. Kerangka selanjutnya ditemukan dalam penggalian lanjutan oleh Balai Arkeologi pada Juli 2003 hingga penggalian 2009. Dari satu kerangka awal, kemudian ditemukan beberapa kerangka lain, totalnya lima kerangka individu. Setelah diteliti, umurnya diperkirakan sudah 7.000 tahun. Peneliti juga memastikan kerangka itu berkelamin pria dan wanita. Usia mereka berkisar 17-35 tahun dengan gigi lengkap.
Dengan temuan tersebut, diperkirakan “manusia purba” tersebut telah menghuni gua pawon sejak 9.000 tahun yang lalu. Manusia purba ini tinggal, makan, dan berburu di sekitar gua. Berdasar hasil penelitian dan rekonstruksi sejarah, mayat “manusia purba” diperlakukan dengan dua cara oleh kelompok atau keluarganya. Pertama, diletakkan di atas permukaan tanah dalam posisi tubuh ditekuk seperti janin atau lurus. Setelah membusuk dan tinggal kerangka, kemudian dilumuri hematit atau butiran tanah merah. Setelah itu mayat baru dikuburkan. Pelumuran tanah merah ini dimaksudkan agar kerangka ketika di kuburkan tidak rusak.
Selain kerangka manusia purba, hasil ekskavasi pada tahun 2003 dan 2004 berhasil menemukan berbagai bentuk artefak. Fitur maupun ekofak yang terdapat di sana mencirikan keberadaan situs budaya peninggalan “manusia purba” di masa lalu. Artefak yang ditemukan di Gua Pawon terdiri dari pecahan keramik, gerabah, alat serpih, alat tulang berbentuk lancipan dan spatula. Selain itu ditemukan pula alat batu pukul (perkutor), sisa perhiasan yang terbuat dari gigi binatang dan gigi ikan. Dan temuan yang sangat signifikan dari keberadaan kehidupan  masa lalu berupa kerangka manusia.
Selain itu juga di Gua Pawon ditemukan peninggalan budaya manusia non artefaktual seperti  fragmen tulang dan moluska. Keberadaanya di Gua Pawon besar kemungkinan terjadi karena adanya kaitan rantai makanan yang pernah terjadi di masa lalu. Dalam hal ini sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan bahan makanan (konsumsi). Mungkin juga untuk dipergunakan dalam pembuatan peralatan hidup sehari-hari.
Keberadaan “manusia purba” yang hidup di gua pawon disinyalir hidup ketika zaman berburu dan meramu. Ketika “manusia purba” kala itu telah mulai menetap dan mengolah hasil buruannya. Pernyataan teori tersebut dibuktikan dengan ditemukannya beberapa alat seperti gerabah, pisau dari tulang, serta manik manik, dan perhiasan.
Namun sungguh disayangkan, keberadaan gua pawon hari ini terancam rusak karena adanya kegiatan (oknum) perusahaan penambangan batu kapur. Mereka tidak terkontrol dan tidak ramah lingkungan, beberapa bagian gua telah ada yang runtuh dan beberapa artefak prasejarah ikut terkubur bersamanya. Kondisi tersebut seolah mencerminkan sikap ketidakpedulian kita terhadap hasil temuan dan tinggalan arkeologi. Segeralah kunjungi dan selamatkan Gua Pawon, agar semua orang tahu, kehidupan manusia di masa lalu penting untuk terus dipelajari.
  http://www.wacananusantara.org/gua-pawon/
Sumber Rujukan:
 http://www.wacananusantara.org/gua-pawon/
Anwar Iswadi. Gua Pawon Rumah Orang Bandung Purba. 2012. http://www.tempo.co/read/news/2012/02/16/199384359/Gua-Pawon-Rumah-Orang-Bandung-Purba
Cezpiere. 2009. Geologi Cekungan Bandung. http://chezpiere53.wordpress.com/2009/02/09/geologi-cekungan-bandung/
tim goeolog Unsil. Gua pawon Citatah Padalarang. 2011. http://geografi.unsil.ac.id/2012/11/11/gua-pawon-citatah-padalarang/
Disparbudjabar. 2011. Gua Pawon. http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=89&lang=
Baca Selengkapnya...GUA PAWON
Ping Blog