Sabtu, 18 Oktober 2014

SAKIT HATINYA TUH DISINI VERSI METAL




Bagi yang mau lagu Sakit hatiya  tuh disini versi metal silahkan download  DISINI

Baca Selengkapnya...SAKIT HATINYA TUH DISINI VERSI METAL

Kamis, 06 Maret 2014

GUA PAWON

Di daerah Padalarang, lebih lengkapnya di kawasan karst atau batu kapur Citatah, di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Jaraknya sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Bandung. Di sana terdapat gua purba dengan luas lebih dari 300 meter persegi. Di dalamnya terdiri dari beberapa rongga seperti kamar. Juga terdapat beberapa jendela alami yang besar sehingga gua itu cukup terang oleh sinar matahari. Jalur jalannya seperti labirin dan menanjak mengarah ke tempat kuburan “manusia purba” berada, dan gua purba ini bernama Gua Pawon.
Letak Gua Pawon pada jaman dulu diasumsikan berada di tepian Danau Bandung Purba. Berdasarkan hasil survai A.C. De Yong dan G.H.R. Von Koenigswald tahun 1930-1935,  ditemukan alat-alat budaya masa lalu dari bahan obsidian, kalsidon, kwarsit, rijang dan andesit. Alat-alat itu berupa anak panah, pisau, penyerut, gelang batu, batu asah dari Jaman Preneolitik. Jaman ketika manusia mulai hidup menetap di gua-gua atau ceruk, atau sering kali dijumpai di kawasan perbukitan gamping.
Berdasarkan analisis geologi, proses pengguaan Gua Pawon berawal dari terbentuknya mata air di tepian Cekungan Bandung Purba. Kemudian diikuti proses pelarutan membentuk lubang pada gua. Makin lama semakin besar dan akhirnya membuat langit-langit gua runtuh. Setelah atap gua runtuh dan sebagian gua terbuka, peristiwa hujan abu gunung api dari letusan dahsyat Gunung Sunda memungkinkan mengisi lantai gua.
Di puncak Pr.Pawon terdapat gejala mikro-karst yang membentuk bongkah-bongkah menonjol dari permukaan tanah. Menjadikan puncak bukit ini sebagai taman batu alias Stone Garden. Proses pelarutan yang berjalan pada retakan-retakan batu gamping menyembulkan sisa-sisa pelarutannya berupa bongkah batu gamping yang tersusun dengan tidak teratur. Dengan tinggi yang berbeda-beda dan berelief  kasar.
Pada penelitian berikutnya, lokasi tersebut tenyata menyimpan kerangka “manusia purba”. Kini bisa kita temui di sisi utara gua dan dipagari. Di sana  terdapat sosok berupa tulang manusia yang sedang meringkuk, dan itu hanyalah replika hasil cetakan. Karena kerangka manusia aslinya sendiri telah dibawa dan diamankan di pusat arkeologi Bandung, di daerah Cileunyi. Kerangka aslinya sendiri hanya tinggal tersisia tempurung kepala dan beberapa tulang iga serta rahang bawah. Hal ini di sebabkan karena keadaan artefak yang telah rapuh.
Kerangka pertama di temukan oleh peneliti dari LIPI. Berbekal hipotesa bahwa kahidupan prasejarah banyak berpusat di gua, mereka pun akhirnya menemukan kerangka tersebut. Kerangka selanjutnya ditemukan dalam penggalian lanjutan oleh Balai Arkeologi pada Juli 2003 hingga penggalian 2009. Dari satu kerangka awal, kemudian ditemukan beberapa kerangka lain, totalnya lima kerangka individu. Setelah diteliti, umurnya diperkirakan sudah 7.000 tahun. Peneliti juga memastikan kerangka itu berkelamin pria dan wanita. Usia mereka berkisar 17-35 tahun dengan gigi lengkap.
Dengan temuan tersebut, diperkirakan “manusia purba” tersebut telah menghuni gua pawon sejak 9.000 tahun yang lalu. Manusia purba ini tinggal, makan, dan berburu di sekitar gua. Berdasar hasil penelitian dan rekonstruksi sejarah, mayat “manusia purba” diperlakukan dengan dua cara oleh kelompok atau keluarganya. Pertama, diletakkan di atas permukaan tanah dalam posisi tubuh ditekuk seperti janin atau lurus. Setelah membusuk dan tinggal kerangka, kemudian dilumuri hematit atau butiran tanah merah. Setelah itu mayat baru dikuburkan. Pelumuran tanah merah ini dimaksudkan agar kerangka ketika di kuburkan tidak rusak.
Selain kerangka manusia purba, hasil ekskavasi pada tahun 2003 dan 2004 berhasil menemukan berbagai bentuk artefak. Fitur maupun ekofak yang terdapat di sana mencirikan keberadaan situs budaya peninggalan “manusia purba” di masa lalu. Artefak yang ditemukan di Gua Pawon terdiri dari pecahan keramik, gerabah, alat serpih, alat tulang berbentuk lancipan dan spatula. Selain itu ditemukan pula alat batu pukul (perkutor), sisa perhiasan yang terbuat dari gigi binatang dan gigi ikan. Dan temuan yang sangat signifikan dari keberadaan kehidupan  masa lalu berupa kerangka manusia.
Selain itu juga di Gua Pawon ditemukan peninggalan budaya manusia non artefaktual seperti  fragmen tulang dan moluska. Keberadaanya di Gua Pawon besar kemungkinan terjadi karena adanya kaitan rantai makanan yang pernah terjadi di masa lalu. Dalam hal ini sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan bahan makanan (konsumsi). Mungkin juga untuk dipergunakan dalam pembuatan peralatan hidup sehari-hari.
Keberadaan “manusia purba” yang hidup di gua pawon disinyalir hidup ketika zaman berburu dan meramu. Ketika “manusia purba” kala itu telah mulai menetap dan mengolah hasil buruannya. Pernyataan teori tersebut dibuktikan dengan ditemukannya beberapa alat seperti gerabah, pisau dari tulang, serta manik manik, dan perhiasan.
Namun sungguh disayangkan, keberadaan gua pawon hari ini terancam rusak karena adanya kegiatan (oknum) perusahaan penambangan batu kapur. Mereka tidak terkontrol dan tidak ramah lingkungan, beberapa bagian gua telah ada yang runtuh dan beberapa artefak prasejarah ikut terkubur bersamanya. Kondisi tersebut seolah mencerminkan sikap ketidakpedulian kita terhadap hasil temuan dan tinggalan arkeologi. Segeralah kunjungi dan selamatkan Gua Pawon, agar semua orang tahu, kehidupan manusia di masa lalu penting untuk terus dipelajari.
  http://www.wacananusantara.org/gua-pawon/
Sumber Rujukan:
 http://www.wacananusantara.org/gua-pawon/
Anwar Iswadi. Gua Pawon Rumah Orang Bandung Purba. 2012. http://www.tempo.co/read/news/2012/02/16/199384359/Gua-Pawon-Rumah-Orang-Bandung-Purba
Cezpiere. 2009. Geologi Cekungan Bandung. http://chezpiere53.wordpress.com/2009/02/09/geologi-cekungan-bandung/
tim goeolog Unsil. Gua pawon Citatah Padalarang. 2011. http://geografi.unsil.ac.id/2012/11/11/gua-pawon-citatah-padalarang/
Disparbudjabar. 2011. Gua Pawon. http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=89&lang=
Baca Selengkapnya...GUA PAWON

Kamis, 31 Januari 2013

KERAJAAN TARUMANEGARA




Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 m,  Dalam catatan, kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan hindu beraliran wisnu. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga. Maharaja Purnawarman adalah raja Kerajaan Tarumanegara yang ketiga (395-434 m). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Kota itu diberi nama Sundapura pertama kalinya nama Sunda digunakan. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.

Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Kerajaan Tarumanegara adalah Suryawarman (535 - 561 M) raja Kerajaan Tarumanegara ke-7. Dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Kerajaan Tarumanegara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.

Kehadiran prasasti Purnawarman di pasir muara, yang memberitakan raja Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa ibukota sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan rajatapura atau salakanagara (kota perak), yang disebut argyre oleh ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII). Ketika pusat pemerintahan beralih dari rajatapura ke Tarumanegara, maka salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah menantu raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang maharesi dari salankayana di India yang mengungsi ke nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan maharaja samudragupta dari kerajaan magada.

Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota tarumangara dan kemudian menjadi panglima angkatan perang Kerajaan Tarumanegara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih Berkembang Ketika Cicit Manikmaya Mendirikan Kerajaan Galuh Dalam Tahun 612 M.


Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Keberadaan Kerajaan Tarumanegara dapat diketahui dari beberapa sumber sejarah, baik sumber sejarah yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Berita dari Dalam Negeri. Yaitu berupa tujuh buah prasasti batu yang ditemukan secara terpisah di Bogor, Jakarta, dan Banten. Ketujuh prasasti tersebut antara lain.


1. Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman. Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:

  • Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut).
  • Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat.



2. Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman.
3. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebon Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.




4. Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.





5. Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi berada di daerah 0°10’37,29” BB (dari Jakarta) dan 6°32’27,57”, tepat berada di puncak perbukitan Pasir Awi (600 m dpl), Bojong Honje-Sukamakmur Bogor.





6. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.

7. Prasasti Tugu
Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut.
Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:

a.   Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
b.   Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan April.
c.    Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.



Berita dari Luar Negeri.

Selain sumber sejarah dari dalam negeri yang berbentuk prasasti, keberadaan Kerajaan Tarumanegara juga dapat diketahui dari sumber-sumber berita luar negeri. Diantaranya adalah dari literatur kuno berjudul Fa-Kao-Chi yang ditulis oleh Fa-Hsien dari tahun 414 Masehi. Literatur ini menyebutkan tentang kehidupan masyarakat di Jawa Bagian Barat yang telah terpengaruh agama Hindu India. Masyarakat Hindu yang ditemui oleh Fa-Hsien ini diperkirakan merupakan bagian dari masyarakat kerajaan yang berpusat di daerah Bogor, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kerajaan Tarumanegara.


Pemerintahan Kerajaan Tarumanegara
Raja Purnawarman adalah satu-satunya raja yang namanya dicantumkan dalam prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Raja ini digambarkan sebagai seorang raja yang sangat bijaksana dan telah berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyatnya berkat penggalian sebuah sungai sebagai sarana irigrasi. Namun meskipun begitu, Purnawarman bukanlah satu-satunya raja yang pernah memerintah Kerajaan Tarumanegara. Hal ini didasarkan pada sebuah sumber dari naskah kuno bernama Wangsakerta.

Meskipun kevalidan naskah ini masih diperdebatkan oleh para ahli, namun kitab ini berisi informasi yang cukup menarik, yaitu tentang silsilah lengkap raja-raja yang pernah memerintah Tarumanegara dari mulai awal berdirinya hingga raja terakhirnya. Berikut adalah daftar raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Tarumanegara berdasarkan Naskah Wangsakerta.
NO
Nama Raja
Tahun Memerintah
1.
Jayasingawarman
358-382 M
2.
Dharmayawarman
382-395 M
3.
Purnawarman
395-434 M
4.
Wisnuwarman
434-455 M
5.
Indrawarman
455-515 M
6.
Candrawarman
515-535 M
7.
Suryawarman
535-561 M
8.
Kertawarman
561-628 M
9.
Sudhawarman
628-639 M
10.
Hariwangsawarman
639-640 M
11.
Nagajayawarman
640-666 M
12.
Linggawarman
666-669 M

Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan runtuh pada sekitar abad ke-7 Masehi. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa setelah abad ke-7, berita mengenai kerajaan ini tidak pernah terdengar lagi baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri . Para ahli berpendapat bahwa runtuhnya Kerajaan Tarumanegara kemungkinan besar disebabkan karena adanya tekanan dari Kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi wilayah.

Baca Selengkapnya...KERAJAAN TARUMANEGARA

Selasa, 29 Januari 2013

KERAJAAN KENDAN


Kerajaan kendan /Kerajaan Pajajaran Bermula di Nagreg


Jika menemukan kata Nagreg, yang pasti diingat pasti sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung Jawa Barat yang setiap musim mudik selalu macet. Tapi, di balik itu, ada misteri tersimpan terkait sejarah besar tentang kerajaan Pajajaran yang sempat dipimpin Sribaduga Maharaja atau yang dikenal Prabu Siliwangi. Selain itu, Pajajaran juga identik dengan peristiwa berdarah peperangan Majapahit dengan Pajajaran.

Kampung Kendan, berada di Desa Citaman Kecamatan Nagreg, untuk menuju kampong itu, cukup mengendarai roda dari jalan di samping pintu perlintasan kereta api Nagreg. Jaraknya kurang lebih 1 km. Kampung ini sendiri berada di bawah kaki bukit Sanghyang Anjung yang bersebelahan dengan proyek pembangunan TPPAS Legok Nangka.  Kampung Kendan ini diyakini menyimpan sejumlah situs kepurbakalaan yang berasal dari kerajaan Kendan. Di tempat itu, sempat ditemukan patung Durga yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.

Berdasarkan artikel yang ditulis Prof.Drs. Yoseph Iskandar, alumnus Faculty of Arts and Sciences University of Pittsburgh, Pennsylvania Amerika Serikat, Kerajaan Kendan merupakan sebuah hadiah dari Maharaja Suryawarman, raja ke-7 dari kerajaan Tarumanegara. Hadiah itu diberikan pada Resiguru Manikmaya yang menikahi putri Suryawarman, Tirtakencana. Di kerajaan Kendan ini, Manikmaya dijadikan raja dan raja Suryawarman menyertakan prajurit sebagai tambahan hadiah. Selain itu, Suryawarman juga memberikan mahkota raja dan permaisuri.
Berdasarkan naskah Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara parwa II sarga 4, yang selesai ditulis tahun 1602 M di keraton Kasepuhan Cirebon, dikisahkan bahwa Manikmaya berasal dari keluarga Calankayana yang berada di India selatan dan datang ke  dari Jawa Timur.  Ia juga dikenal seorang brahmana ulung yang telah berjasa pada agama. Latar belakang Manikmaya sebagai pemuka agama juga menjadi  alasan Suryawarman memberikan hadiah kerajaan Kendan

Setelah berdirinya Kendan, Suryawarman bahkan menyurati setiap raja di daerah Tarumanegara yang isinya mengenai keberadaan Manikmaya di Kendan harus diterima dengan baik. Suryawarman juga memperingatkan bahwa siapa pun yang berani menolak Raja Kendan yang juga pemuka agama, akan dijatuhi hukuman mati dan kerajaannya akan dihapuskan.

Melihat kebijakan Tarumanegara,  bisa dibilang kerajaan Kendan ini merupakan kerajaan kecil yang sangat dilindungi kerajaan besar seperti Tarumanegara dan juga berada di bawah kekuasannya. Masa kerajaan Kendan sendiri cukup lama, bahkan sempat berganti kepemimpinan sebanyak empat kali. Adapun pada waktu raja Kendan dipimpin Wretikendayun, dia mendirikan pusat pemerintahan baru yang diberi nama Galuh dan diyakini berada di Ciamis dengan ibukota di Kendan.
Setelah memindahkan pusat pemerintahan, dia menyurati kerajaan Tarumanegara yang pamornya sudah pudar bahkan berakhir saat kerajaan Sriwijaya menghancurkannya.Saat-saat berakhir Tarumanegara itu, dalam suratnya, Raja Kendan menginginkan Kerajaan Kendan yang pusat pemerintahannya di Galuh merdeka, terpisah dari Tarumanegara dan menjadi kerajaan sendiri.

Keinginan tersebut akhirnya dikabulkan raja Tarusbawa. Kemudian, kerajaan Kendan berganti nama menjadi Kerajaan Galuh. Pada masa 670 M, berakhirlah kekuasaan Tarumanegara, dan lahir kerajaan baru yakni Kerajaan Pakuan. Pasca berakhir Tarumanegara, kerajaan sunda yang berdiri yakni, kerajaan Galuh di belahan timur tepatnya Ciamis dengan ibu kota Kendan, lalu di belahan barat berdiri kerajaan Pakuan.
Setelah berdiri kedua kerajaan tersebut, diperkirakan pada tahun 1482, kedua kerajaan ini dipersatukan oleh Sri Baduga Maharaja atau yang dikenal Prabu Siliwangi menjadi Kerajaan Sunda Pajajaran.

Hingga kini, belum ada penelitian terkait lokasi persis kerajaan Kendan. Namun yang pasti, di Nagreg tepatnya di kampung Kendan Desa Citaman Kecamatan Nagreg, diyakini disitulah situs kerajaan Kendan pernah berdiri dan kampong ini sangat berdekatan dengan proyek Tempat Pemprosesan dan Pengolahan Akhir Sampah (TPPAS) Legok Nangka.
Adapun terkait lokasi kerajaan Kendan, Bob Ujo dari Kelompok Sejarah Masyarakat Kendan meyakini bahwa kerajaan Kendan berada sangat dekat dengan lokasi TPPAS Legok Nangka Nagreg. Dia menegaskan  pemerintah harus mengevaluasi dulu pembangunan TPPAS, hal itu terkait adanya situs kerajaan Kendan. Jika saja dilakukan penelitian dan ditemukan berada di bawah TPPAS Legok Nangka, itu mengerikan. Bayangkan di atasnya sampah, di bawah ada bekas kerajaan sunda.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa sewaktu audiensi dengan Dinas Permukiman dan Perumahan, pernah menghasilkan bahwa Legok Nangka  berkaitan dengan adanya sejarah kerajaan Kendan.  Audiensi tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi. Diantaranya melakukan riset dan analisa kesejarahan di sekitar pembangunan TPPAS serta membentuk tim kecil untuk riset terkait.Namun sayangnya hingga sekarang rekomendasi tersebut belum ada tindak lanjut.

Baca Selengkapnya...KERAJAAN KENDAN
Ping Blog